Tuesday 20 December 2016

Latihan dengan Tablatur

Tablatur (TAB) adalah diagram yang menggambarkan keberadaan senar gitar dengan simbol angka yang menunjukkan fret yang ditekan. Tablatur dipakai untuk penulisan gitar elektrik dan diletakkan di bawah notasi balok.

Gambar 18 : tablatur

Contoh

Notasi 2

dibaca : senar yang dimainkan adalah senar ke 2 fret ke 1 posisi jari 1

Latihan Teknik Memetik Gitar

1. Latihan memetik gitar dengan jari


Gambar 16 : memetik gitar dengan jari

2. Latihan memetik gitar dengan menggunakan plektrum


Gambar 17 : memetik gitar dengan plektrum

Latihan Penjarian

Empat jari tangan kiri digunakan untuk menekan senar pada papan nada (fretboard), kemudian ibu jari digunakan untuk menahan leher gitar bagian belakang. Simbol jari tangan kiri adalah sebagai berikut :

Gambar 14 : kode angka untuk jari tangan kiri

Jari tangan kanan digunakan untuk memetik senar, ibu jari digunakan untuk memetik bass dalam teknik memainkan gitar akustik sedangkan dalam teknik memainkan gitar elektrik jari jari tangan kanan digunakan untuk memegang plektrum dengan simbol sebagai berikut :

Gambar 15 : kode angka untuk jari tangan kanan

Cara Menyetem Gitar (Part. 2)

2. Quick tuning
Quick tuning merupakan teknik penyeteman gitar secara cepat apabila terjadi penurunan nada pada senar gitar.Quick tuning langkah ke 1 dapat dilakukan dengan cara tekan fret V senar ke 2, dan bandingkan dengan senar ke 1 tanpa ditekan.


Gambar 9

Quick tuning langkah ke 2 dapat dilakukan dengan cara tekan fret IX senar ke 3 dan bandingkan dengan senar ke 1 tanpa ditekan.


Gambar 10

Quick tuning langkah ke 3 dapat dilakukan dengan cara tekan fret IX senar ke 4 bandingkan dengan senar ke 2 tanpa ditekan.


Gambar 11

Quick tuning langkah ke 3 dapat dilakukan dengan cara tekan fret X senar ke 5 bandingkan dengan senar ke 3 tanpa ditekan.


Gambar 12

Quick tuning langkah ke 3 dapat dilakukan dengan cara tekan fret X senar ke 6 bandingkan dengan senar ke 4 tanpa ditekan.


Gambar 13

3 Harmonic Tuning 
Harmonic tuning dapat dilakukan dengan cara: (1) sentuh senar ke 2 tepat di atas fret ke 5 menggunakan jari telunjuk; (2) sentuh senar ke 1 tepat diatas fret ke 7 dengan jari manis; (3) petik senar ke 2 lalu senar ke 1; (4) selaraskan nada ke dua senar tersebut. Harmonic tuning juga dapat dilakukan dengan cara yang sama pada senar ke 4 dan ke 3 pada posisi fret yang sama, demikian juga pada senar ke 5 dan ke 4, senar ke 6 dan ke 5. Terakhir selaraskan senar ke 6 fret ke VII dengan senar ke 2 fret ke XII.

Monday 19 December 2016

Cara Menyetem Gitar (Part. 1)

Nama dan posisi senar gitar dalam fretboard, untuk senar open string
Gambar 2 : posisi nada-nada gitar pada senar open string

posisi nada-nada gitar pada senar open string

Notasi 1. tuning gitar posisi open string 
1. General Tuning

Gambar 3

General tuning langkah ke 1 dapat dilakukan dengan: (1) melaraskan senar ke 1 menurut nada E; (2) tekan fret ke V senar ke 2; (3) petik senar ke 1 tanpa ditekan; (4) ; selaraskan nada kedua senar tersebut (5) periksa harmonic tuning dengan cara menyentuh senar B pada fret ke XII; (6) bandingkan dengan fret ke VII senar ke 1.

Gambar 4

General tuning langkah ke 2 dapat dilakukan dengan: (1) tekan fret ke IX senar ke 3; (2) petik senar ke 1 tanpa ditekan; (3) selaraskan nada kedua Seni Musik Non Klasik 217 senar tersebut; (4) periksa harmonic tuning dengan cara menyentuh senar G fret XII dan menekan senar E fret ke III.


Gambar 5

General tuning langkah ke 3 dapat dilakukan dengan: (1) tekan fret ke IX senar ke 4; (2) petik senar ke 2 tanpa di tekan; (3) selaraskan nada kedua senar tersebut; (4) periksa harmonic tuning dengan cara menyentuh senar D fret ke XII dan menekan senar B fret ke III.


Gambar 6

General tuning langkah ke 4 dapat dilakukan dengan cara: (1) tekan fret ke V senar ke 5; (2) petik senar ke 4 tanpa di tekan; (3) selaraskan nada kedua senar tersebut; (4) periksa harmonic tuning dengan cara menyentuh senar A fret ke XII dan menekan G fret ke II.


Gambar 7

General tuning langkah ke 5 dapat dilakukan dengan; (1) tekan fret ke X senar ke 6; (2) petik senar ke 5 tanpa di tekan; (3) selaraskan kedua nada tersebut; (4) periksa harmonic tuning dengan cara menyentuh senar A fret ke XII dan menekan senar D fret ke II.


Gambar 8

General tuning langkah ke 6 dapat dilakukan dengan; (1) petik senar ke 6
tanpa ditekan; (2) petik senar ke 1 tanpa ditekan; (3) selaraskan ke dua
nada tersebut.

Gitar dan Bagian-bagiannya

Instrumen gitar elektrik sangat populer di kalangan kelompok musik rock dan pop. Instrumen ini dikembangkan dari instrumen gitar klasik. Di dalam gitar elektrik vibrasi senarnya dibantu dengan peralatan elektronik dan peralatan soundsystem sehingga efek suaranya dapat lebih keras.

Gambar 1 : bagian gitar elektrik

Jenis Keyboard

Pada dasarnya keyboard terbagi menjadi 3 jenis menurut fungsinya, yakni :

1. Keyboard mono timbral ( mono = satu, timbral atau timbre = suara), yaitu keyboard yang dalam satu kesempatan dapat menghasilkan satu macam suara instrumen saja walaupun keyboard tersebut memiliki banyak macam suara. Misalnya suara piano, flute, gitar, drum, dsb. Keyboard ini banyak digunakan pada kalangan profesional, misalnya pada band ataupun bisnis rekaman mengingat keyboard ini memiliki kwalitas serta warna suara yang bagus. Contoh produk keyboard synthesizer mono timbral seperti misalnya roland D 5, roland D 50, yamaha DX 7, dsb.

Gambar 1. Ketboard mono timbral Yamaha DX-7
 
Gambar 2. Ketboard mono timbral Roland D-50

2. Keyboard Multi timbral (multi = banyak, timbral = suara), yaitu keyboard yang dalam satu kesempatan dapat menghasilkan lebih dari satu macam suara instrumen musik. Misalnya suara piano, gitar, flute, drum mampu berbunyi secara bersama-sama. Keyboard ini cocok untuk penggarapan aransemen. Keyboard ini banyak digunakan dalam kegiatan rekaman. Contoh produk keyboard multi timbral seperti misalnya yamaha SY 77, roland JV series, roland XP series.

Gambar 3. Ketboard multitimbral Roland JV-80

3. Keyboard Accompaniment (iringan), yakni keyboard untuk mengiri/ dimainkan secara langsung/ live. Keyboard ini termasuk keyboard multi timbral yang memungkinkan kita untuk memainkannya beberapa macam suara instrument musik secara langsung. Jenis keyboard ini yang paling banyak diminati karena selain efektif penggunaannya, harganyapun bervariasi. Keyboard jenis inilah yang akan banyak dipelajari dalam kesempatan ini. Contoh produk ini seperti misalnya roland E series, roland G series, yamaha PSR series, korg Pa series, korg I series, technic KN series, dsb.

Gambar 4. Keyboard Accompaniment Roland VA-7

Dalam setiap pertunjukan keyboard membutuhkan alat bantu amplifier sebagai penghasil suara, yakni dengan menghubungkan line out keyboard menuju amplifier. Amplifier berfungsi sebagai pengeras signal suara yang dihasilkan dari keyboard.

Gambar 5. Koneksikeyboard dan amplifier

Melalui kabel output keyboard dihubungkan dengan input amplifier. Lobang output pada keyboard biasanya ada 2 yakni lobang R dan lobang L/ L – R. Lobang L/L – R digunakan bila keyboard adalah mono. Jika keyboard stereo digunakan kedua-duanya. Lihat gambar berikut.
Gambar 6. Out put Keyboard

Solusi Interval Pythagoras dalam Alat Musik dan Komposisi

Penyelesaian persoalan terts Pythagores secara teori juga diikuti dengan usaha penyelesaian dalam alat-alat musik yang memiliki nadanada tetap sperti spinet, clavicimbel, dan harpsichord.
 
Persoalan pertama timbul karena dalam beberapa hal sistem Pythagoras bertentangan dengan sistem murni. Oleh karena itu penyelesaian dilakukan dengan melalui dua tahap. Kompromi tahap pertama, ditujukan agar pada alat-alat tersebut diadakan penalaan yang menghasilkan tangganada yang dapat memainkan sistem murni, sedangkan sisanya menjadi sumbang. Oleh karena itu modulasi hanya dapat dilakukan secara terbatas.
 
Kompromi tahap ini dipelopori oleh Arnold Schlick dalam Spiegel der Orgel Macher und Organiste (Mainz,1577). Sistem penalaan yang dipeloporinya dikenal dengan istilah Mittelton-Temperatur, caranya adalah dengan membagi perbedaan kedua terts menjadi empat. Terts Pythagoras yang lebih tinggi satu syntonische komma dari terts murni tersebut dihasilkan dengan cara merangkaitkan empat kwint Pythagoras, maka setiap seperempat syntonische komma tersebut ditambahkan kepada keempat kwint yang membentuknya.
 
Setelah perkembangan musik semakin maju orang mulai menuntut kompromi tahap berikutnya, karena kemudian musik menuntut modulasi yang lebih banyak. Kompromi tahap akhir ini diperoleh oleh Johann George Neithardt dalam Erschopfte, Mathematische Abtheiklungen der Diatonische-Chromatischen, Temperirten Canonis Monochordi (Berlin,1732). Adapun sistemnya disebut Wohl Temperierte Stimung, kali ini masalah pertentangan kedua terts dapat diselesaikan dengan membagi oktaf menjadi 12 nada yang interval di antara nadanadanya memiliki jarak yang sama besar.
 
Penyelesaian masalah terts Pythagoras pada instrumeninstrumen yang bernada tetap rupanya telah mendapat reaksi dari komposer jenius periode Barok, J.S. Bach (1685-1750). Ia menciptakan karya musik untuk klavier (piano) dengan menggunakan seluruh kapasitas modulasi dati penalaan tersebut, yang kemudian ditulis dalam sebuah buku berjudul Das Wohl Temperierte Klavier. Buku tersebut berisi rangkaian Prelude dan Fugue yang disusun dalam 12 kunci mayor dan 12 kunci minor sehingga jumlah seluruh karya tersebut adalah 24 buah. Kurang lebih 20 tahun kemudian ia menulis seri kedua dengan struktur sama.
 
Karena teraturnya perkembangan musik serius sejak awal abad Masehi hingga akhir abad ke-19, maka para ahli sejarah kebudayaan menjadikan peristiwa tersebut sebagai objek kajian khusus yaitu dalam bidang sejarah musik. Para ahli sejarah musik sepakat dalam pembangian periodisasi sejarah musik ke dalam batasan fase-fase tertentu yaitu: Late Medieval (1400-1450 M), Renaissance (1450-1600), Baroque (1600-1725), Rococo (1725-1775), Classicism (1775-1825), Romanticism (1810-1870), Post-Romanticism (1870-1925), Modern (1900-1950).
 
Periode-periode tersebut didasarkan atas perubahan-perubahan mendasar baik dari segi konsep, alat musik, maupun gaya musik. Ciri-ciri perubahan setiap periode ditandai oleh individualisme seorang komposer sebagai pelopor yang berusaha keluar dari norma-norma yang secara membudaya disepakati oleh masyarakat musik setiap periode yang bersangkutan. Ciri lain yang mendasar ialah perubahan-perubahan tersebut hingga akhir periode Romantik berpijak di atas konsep dasar teoritis yang diformulasikan oleh Rameau.
 
Kristalisasi bentuk musik terjadi pada masa Klasik, sehingga gaya komposisi yang berkembang dipengaruhi oleh bentuk musik. Kebanyakan komposisinya dicipta untuk permainan instrumental. Bentuk yang didasari oleh prinsil ilmu harmoni yang kokoh telah melahirkan “bentuk sonata klasik”. Istilah “bentuk” tersebut kemudian diterapkan dalam ensambelensambel musik kamat seperti duet, trio, kuartet, konserto, simfoni, dll.
 
Periode Romantik lebih didominasi oleh emosional, dalam hal ini bentuk hanya merupakan wadah, jadi yang penting ialah emosi. Harmoni mulai agak menyimpang dan bergerak bebas mengikuti emosi. Periode ini sebenarnya merupakan bagian dari reaksi kultural yang menyeluruh dari peristiwa Revolusi Perancis.
 
Pada masa Post-Romantik, orkestra mengalami perluasan. Gaya nasionalisme mulai dikembangkan di berbagai negara. Di Perancis mulai tumbuh aliran impresionisme yang dipelopori oleh Ravel dan Debussy. Gaya musik Debussy di antaranya terpengaruh oleh musik tradisional Bali. Dalam gaya musiknya salah satu ‘kaki’-nya masih berada dalam kerangka tonalitas dan ‘kaki’ yang lainnya mulai memasuki era Modern, dengan konsep whole tone yang diilhami musik Bali, ia keluar dari konsep
konvensional.

Di era Modern musik serius non-tradisional mulai menyebar luas ke berbagai negara baik di Amerika maupun Asia, asumsi orang tidak lagi menganggap musik ini sebagai musik Eropa, karena berbagai unsurunsur di luar norma-norma lama mulai bisa dilibatkaan dalam musik serius non-tradisional. Musik serius non-tradisional mulai lepas landas, konsep Rameau sudah dianggap usang.
 
Sementara musik serius non-tradisional sudah tinggal landas, konsep tonal masih diterapkan secara sangat sederhana pada musik hiburang non-tradisional. Walaupun para senimannya berusaha untuk berontak dan keluar dari norma-norma tersebut, akhir mereka kembali menyederhanakan kembali karena bila tidak akan kehilangan pasar.
 
Dari uraian dalam makalah ini dapat kita lihat bahwa konsep teori evolusi kebudayaan masih relevan untuk hal-hal tertentu, jadi walaupun sejak akhir abad ke-19 telah bermunculan teori-teori mutakhir, konsep ini masih perlu dipertimbangkan oleh para peneliti di bidang kebudayaan. Hal lain yang bisa disimpulkan ialah bahwa musik serius non-tradisional mempunyai garis evolusi tersendiri jadi tidak bisa dianalogikan dengan perkembangan musik tradisional yang hingga kini masih hidup.
 
Musik serius ini pada mulanya memiliki kecenderungan yang sama dengan musik-musik lainnya di luar Eropa, tetapi karena sejak awal masa peradaban, musik dikembangkan secara teoritis maka sejak itulah ia mengambil jalur yang terpisah dengan musik tradisional, sebab sementara musik serius memakai “jalan tol”, musik tradisi Eropa hingga kini masih tetap dalam bentuk aslinya.
 
Dari segi yang lain jika melihat perkembangan terakhir musik serius tersebut, kita bisa mengatakan bahwa musik yang ada sebelum periode modern menjadi tradisional sebagai lawan pengertian modern. Tetapi jika mengacau pada pengertian ciri-ciri masyarakat “tradisional” dan “modern”, jelas hal tersebut tidak relevan, sebagai salah-satu contoh adalah bahwa musik serius modern sejak awal perkembangannya selalu dicetuskan oleh individu, sementara musik tradisional oleh kelompok. Contoh lain dapat kita jumpai dari bentuk fisik instrumen.

Formulasi Interval Pythagoras

Reaksi terhadap formulasi Pareia ternyata baru ada setelah hampir satu abad kemudian, yaitu dari Gioseffo Zarlino (1517-1590) di Italia. Dengan berpedoman kepada Pareia dan juga ahli teori musik Yunani terakhir yaitu Ptolemaios, Zarlina mengembangkan sistem pembagian senarius.

Dalam bukunya
Le Institutioni Harmoniche (Venice,1558) Zarlino meletakkan landasan yang kokoh tentang susunan tangganada mayor dan minor. Di samping menolak terts Pythagoras ia juga menentang tangganada hexachord dari Guido Aretinius von d’Arezo (sekitar tahun1050) yang menolak nada ’si’, karena dengan tidak adanya nada tersebut maka tidak bisa dibentuk akor atau trinada dominan. Dalam menyusun sebuah tangganada Guido d’Arezzo menggabungkan dua tetrachord yang sama secara bersambung untuk menghindari interval tritonus yang ditimbulkan oleh nada ke-7 (si), sehingga tangganada hanya terdiri enam nada (do, re,mi, fa, sol, la).

Zarlino menyusun tangganada mayor dan minor dengan menggunakan media yang serupa seperti yang dilakukan oleh Pythagoras yaitu menggunakan perbandingan panjang–pendeknya dawai, tetapi ia melakukannya dengan cara yang berbeda. Tangganada mayor diperolehnya dengan melakukan pembagian harmonis dengan cara membagi senar hingga pembagian yang keenam:

Tabel 3 : Pembagian Harmonis
Sedangkan untuk memperoleh tangganada minor, ia melakukan penyusunan aritmatik yang juga berhenti pada urutan keenam. Pertama ia menentukan unit terkecil dari panjang dawai, kemudian dikalikan secara bertingkat:

Tabel 4: Susunan Aritmatis
 


Dari kedua cara yang dilakukan Zarlino tersebut dapat dimaklumi bahwa tangganada mayor adalah kebalikan dari tangganada minor. Para ahli sebelumnya beranggapan bahwa kedua tangganada tersebut masing-masing berdiri sendiri.

Pada abad ke-17 berikutnya, sistem pembagian dawai sudah tidak digunakan lagi. Jadi, dalam menyusun tangganada maupun harmoni para ahli menggunakan deretan nada ”alam”. Teori pertama tentang nada-nada ”alam” dikemukakan oleh Marin Mersene dalam
Hamonie Universelle (Paris,1636-37), seorang filsuf yang juga ahli fisika.

Para ahli teori musik di abad ke-20 berselisih pendapat tentang penemu
overtone-series. Umumnya mereka menduga bahwa penemunya adalah Joseph Sauveur, seorang ahli fisika dalam Memoires de L’Academie Royale des Sciences (Paris,1701). Namun, pendapat tersebut ditentang oleh Dr. Helmut Ludwig bahwa Marin Mersene telah menemukan overtone-series secara tuntas dan mendemonstrasikannya pada dawai-dawai rendah dari alat musik lute dengan frekuensi 1:2:3:4:5. Jadi, Joseph Sauveur hanya melanjutkan saja dengan pembuktian secara fisika.

Zaman Zarlino dan Mersena mungkin jarang disebut dalam sejarah musik, karena kedua tokoh tersebut tidak berkaitan secara langsung dengan karya-karya musik. Namun demikian, dalam sejarah estetika kedua ahli tersebut dikenal sebagai pemikir estetik untuk periode Renaisans yang banyak berbicara tentang musik dan puisi.

Penemuan kedua ahli musik musik dan juga fisika tersebut kemudian diformulasikan ke dalam teori musik yang merupakan dasardasar pengembangan teori musik di abad-abad berikutnya, oleh Jean Philippe Rameau (1683-1764) dalam Traite de L’Harmonie (Paris,1722) ia menerapkan penemuan overtone-series ke dalam ilmu harmoni sehingga sekarang orang menyebutnya sebagai ”Bapak Harmoni”. Ia menjelaskan bahwa semua musik dapat disusun oleh harmoni dari prinsip-prinsip alami: ”Rameau maintained that all music is founded on harmony, which arises from natural principles derived from the mathematical and physical bases of a vibrating body (corp sonore)”. Dengan dasar penemuan Zarlino yang mengadopsi perhitungan matematis senario dan penggunaan metodologi empiris Descrates, ia berpendapat bahwa kesatuan harmoni yang esensial, terwakili dalam bunyi dasar (foundamental sound).

Teori Awal Sistem Diatonik (Part. 2)

2. Penyesuaian Interval Pythagoras
Secara bertahap seiring dengan perkembangan musik, orang mulai merasa janggal dengan interval terts besar Pythagoras, hal tersebut dirasakan karena dalam praktiknya orang sudah cenderung menggunakan trinada pokok seperti yang kita kenal saat ini yaitu Tonika (akor pertama), Dominan (akor kelima) dan Sub Dominan (akor keempat). Pada masa Pythagoras kejanggalan seperti itu belum begitu dirasakan karena pada waktu itu musik yang berkembang dalam masyarakat hanya terdiri dari satu suara (monophony), sehingga tidak membutuhkan trinada atau akor.

Kalau formasi teoretis tentang skala murni merupakan reaksi terhadap sistem Pythagoras, maka hal tersebut seiring pula dengan perkembangan konsep estetik yang bereaksi terhadap pandangan estetik 3 tokoh Yunani (Sokrates, Plato, Aristoteles). Aliran filsafat yang berkembang pada saat itu disebut ”Neoplatonisme” yang dicetuskan oleh Marsilio Ficino (1433-1499) yang merupakan penerjemah Plotinus dan karya lengkap Plato pertama dalam bahasa Latin. Filsafat Ficino merupakan gabungan ide-ide, daya tarik ide-ide tersebut adalah keindahan yang merupakan hasrat cinta.
 
Daya tarik suatu keindahan ditemukan dalam harmoni yang tersusun dari elemen-elemen seperti kebaikan-kebaikan jiwa, warnawarna serta garis-garis pada benda yang tampak, dan dari bunyi musik (Beardsley, 1966). Filsuf lain yang semasa dengan Ficino ialah Leon Battista Alberti (1409-1472), ia mendefinisikan keindahan lebih merupakan suatu tingkatan harmoni tertentu daripada harmoni sebagai syarat keindahan.

Kedua filsuf tersebut menyimpulkan bahwa keindahan berkaitan erat dengan harmoni yang terbentuk dari elemen-elemen, dan keindahan merupakan tingkatan tertentu dari harmoni. Demikian juga dengan perkembangan musik, harmoni yang tadinya diartikan sebagai intervalinterval melodis yang terbentuk dari angka ganjil dan genap, pada abad ke-15 diartikan sebagai gabungan dari beberapa interval yang dibunyikan secara simultan, jadi pemikiran estetik pada masa itu sejalan dengan perkembangan musik.

Walaupun
terts murni pertamakali diformulasikan Bartolomeo Ramos de Pareia (1440-1491) di Spanyol, gejalanya telah tampak sejak masa Yunani, yaitu pada tetrachord. Archytas (427-374 SM) dan Erastosthenes (280-195 SM), tapi masih berada dalam tetrachord enharmonis. Interval terst murni baru tampak pada tetrachord diatonon Dymus (lahir tahun 63 SM) yang intervalnya sama dengan tangga minor. Kemudian interval tersebut dijumpai dalam tetrachord diatonon syntonon dari Ptolemaios (100-180 M).

Untuk memenuhi tuntutan tersebut,
terts Pythagoras harus diganti dengan ”terts murni”,7 yaitu interval yang dihasilkan dengan menurunkan 1 Koma Dydimus pada ketiga trinada pokok. Dalam ilmu akustika musik interval Dydimus tersebut dikenal dengan istilah syntonische komma (Riemann 1967, 409-414).

Tabel 2: Penyesuaian Perbandingan Pythagoras 
Dengan demikian keberadaan terts murni yang memiliki perbandingan 5/4 sebagaimana tertulis dalam tabel di atas, merupakan tingkat perbandingan kelima, yaitu kelanjutan dari tetraktys Pythagoras. Penyesuaian tersebut telah menghasilkan tangga nada murni yaitu yangga nada Pythagoras yang telah mengalami perubahan pada nada ketiga, keenam, dan ketujuh (mi, la, dan si). Jika kedua tagga nada tersebut, yaitu tangga nada murni dan tangga nada Pythagoras dibandingkan maka perbedaannya akan tampak sebagai berikut :
Ilustrasi 3: Penurunan Terts Pythagoras. 

Hasil penurunan terts Pythagoras kemudian dirumuskan ke dalam tangga nada mayor oleh Ramos de Pareia dan dituangkan ke dalam bukunya Music Practica (Bologna, 1482). Ia sebenarnya hanya meneruskan sistem Pythagoras hingga yang keenam. Sehubungan dengan itu sitem Pareiea dikenal dengan sebutan senarius (Sadie, Op. 15, 576-577).

Teori Awal Sistem Diatonik (Part. 1)

Saat ini kita mengenal berbagai sistem musik yang diterapkan pada kebudayaan-kebudayaan yang berbeda. Sistem yang paling mendasar pada musik ialah tanga nada atau skala nada (tone scale). Pada kebudayaan-kebudayaan Timur umumnya yang digunakan ialah skala pentatonik (penta = lima; tonik = nada), yaitu sistem skala yang terdiri dari lima nada sedangkan dalam kebudayaan Barat ialah diatonik (dia = tujuh) yaitu skala tujuh nada. Evolusi awal sistem diatonik meliputi pembahasan konsep bilangan Pythagoras dan pengembangannya, formulasi skala nada mayor dan minor, solusi terts Pythagoras dalam alat musik dan komposisi musik.

1. Konsep Bilangan Pythagoras 
Teori yang berkaitan dengan interval skala diatonik tumbuh bersamaan dengan kelahiran filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Bangsa Yunani pada masa itu memiliki keunggulan yang seimbang pada banyak bidang. Konsep dasar estetika mereka ialah keselarasan dan keseimbangan sehingga dalam kesenian mereka terdapat rasionalitas yang unggul (Bertens 1075, 22).

Pythagoras mengawali penemuannya tentang interval melalui eksperimennya pada monochord, sebuah alat musik kuno berdawai yang ditala, yang dengan media tersebut ia merumuskan interval oktaf, kwint dan kwart, dengan cara membagi-bagi dawai secara proporsional. Interval pertama atau prime diperoleh dengan membagi dawai-dawai tersebut menjadi dua bagian atau dengan perbandingan 1:2. Interval kwint diperoleh dengan membagi dawai menjadi tiga bagian, atau 2:3, dan kwart menjadi empat bagian atau 3:4 (Beardsley, 1966, 27-28).2Dengan rangkaian enam buah kwint maka tersusunah skala diatonik dengan dua interval sekonde kecil (semi tone) dengan istilah Latin limma,dan sekonde besar dengan istilah Tonus (Sadie 1980, Vol. 15, 486).

Ilustrasi 1: Lingkaran Kwint dan jarak nada Limma dan Tonus 

Keempat bilangan pertama pada perbandingan Pythagoras berperan dalam menghasilkan bilangan 10 dalam suatu segitiga yang disebut tetraktys:


Ilustrasi 2: tetraktys Pythagoras 

Tetraktys menyatakan bahwa nada-nada musikal merupakan gejala fisis yang dikuasai oleh hukum matematis. Oleh karena itu suatu realitas dapat dicocokkan dengan kategori-kategori matematis dari rasio manusia. Pythagoras berpendapat bahwa nada-nada musikal dapat dijabarkan ke dalam perbandingan antara bilangan-bilangan sehingga dari hal tersebut ia menarik kesimpulan bahwa segala sesuatu adalah bilangan merupakan unsur yang terdapat dalam segala sesuatu. 

Prinsip bilangan adalah ganjil dan genap, terbatas dan tak terbatas. Oktaf adalah harmoni yang dihasilkan dengan menggabungkan hal yang berlawanan yaitu 1 dan 2. Demikian juga dengan seluruh alam semesta merupakan suatu harmoni yang merupakan hal-hal yang berlawanan (Beardsley 1966). Ajaran Pythagoras ini tampaknya sejalan dengan konsep keindahan Socrates yang ditulis oleh Plato dalamsymposium.3 Dengan demikian Pythagoras memiliki pandangan yang bertentangan dengan konsep Anaximandros tentang alam bahwa kosmos seluruhnya terdiri dari hal yang berlawanan.

Perkiraan Awal Mula Musik

Untuk memperkirakan asal mula keberadaan musik, pada mulanya para ahli menggunakan teori-teori antropologi klasik, khususnya teori evolusi kebudayaan. Walaupun dalam beberapa hal teori evolusi kebudayaan mendapat kecaman sejak berkembangnya kritik tajam terhadap teori evolusi perkembangan manusia sejak masa purba, namun hingga saat ini masih tetap digunakan untuk beberapa keperluan studi sejarah musik. Sehubungan dengan itu sebelum membahas perkiraan awal mula musik maka terlebih dahulu akan dijelaskan dasar-dasar pengetahuan teori evolusi. 

1. Landasan Teoretik Rekonstruksi Sejarah Musik
Teori evolusi mulanya dikembangkan dalam Biologi oleh Charles Darwin (1809-1882) dalam The Origin of Species (1859), kemudian menjadi konsep evolusi sosial universal. Pada paruh kedua abad ke-19, teori ini telah mempengaruhi pemikiran para cendekiawan dari berbagai bidang ilmu sosial seperti untuk menyelidiki asal mula kelompok keluarga, negara, dan religi. Teori evolusi sosial memandang bahwa segala sesuatu dalam kehidupan manusia telah berkembang dengan lambat dari tingkat-tingkat yang sederhana hingga kompleks (Koentjaraningrat, 1987: 22-31).

Pencetus tokoh evolusi sosial universal ialah Herbert Spencer dalam The Principle of Sociology (1876) yang berpandangan bahwa kebudayaan mnanusia telah dan akan berkembang melalui tingkat-tingkat evolusi yang berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain. Tokoh lain yang mengikutinya ialah Lewis H. Morgan (1818-1918) dalam Ancient Society (1877) yang menggambarkan proses evolusi masyarakat manusia melalui tiga tingkat evolusi universal yang meliputi jaman sebelum manusia mengenal keramik (savagery), jaman keramik (masa babarism), dan jaman ketika orang mulai menulis (sivilisasi) Lowie 1938: 56). Dua tahap pertama masing-masing terbagi menjadi tingkat rendah, menengah, dan tinggi.

Teori Morgan tersebut dijabarkan oleh Koentjaraningrat menjadi Jaman: Liar Tua (sejak manusia pertama hingga penemuan api), Liar Madya (hingga penggunaan busur-panah, Liar Muda (hingga pembuatan tembikar), Barbar Tua (hingga bercocok tanam dan berternak), Barbar Madya (hingga pembuatan benda-benda logam), Barbar Muda (hingga mengenal tulisan), Peradaban Purba, dan Peradaban Masa Kini (Koentjaraningrat 1987: 44-45).

Pada saat ini tentu saja teori-teori tersebut telah dibantah oleh teori-teori baru. Walaupun demikian kerangka berpikir evolusi tersebut ternyata juga bermanfaat dalam merekonstruksi sejarah musik walaupun tidak bisa dijamin keakuratannya. Teori ini di antaranya digunakan untuk merekonstruksi sejarah alat musik; seperti yang digunakan oleh Summerfield (1982) dan Grinfeld (1969) tentang evolusi alat musik gitar dari sejak tahun 1300 SM hingga kini. Upaya yang serupa tentunya juga dilakukan untuk merekonstruksi instrumen-instrumen lain seperti biola, piano, dan sebagainya, yang merupakan alat musik berdawai.
 
2. Dugaan Permulaan Musik 
Tak seorangpun mengetahui kapan orang mulai membuat musik. Boleh jadi secara alami musik sudah mulai dimainkan ketika pertama kali manusia hadir di muka bumi ini. Tampaknya bagi masyarakat primitif musik merupakan cara alami untuk mengekspresikan emosi-emosi yang mendasar seperti bahagia, marah, cinta, dan juga rasa kagum terhadap hal-hal ghaib atau kekuatan alami.

Sebagian dari musik dicipta untuk mengiringi tari-tarian ritual atau orang bekerja. Ketukan kaki dan tepukan tangan diduga merupakan instrumen pertama mereka. Secara bertahap kemudian orang mulai menemukan cara memproduksi suara yaitu dari cekungan semacam buah labu yang dipukul dengan tongkat atau dengan ditiup. Setelah memperhalus bunyi-bunyi tersebut mereka mulai mengkombinasikan nada-nada dan ritme dengan berbagai cara sehingga lahirlah seni musik.
Namun pada tahap tersebut seni musik masih jauh dari pengertian musik serius atau musik sebagai seni murni (fine art) karena masih dipenuhi dengan dorongan-dorongan emosi primitif. Selama kurang lebih 2000 tahun, para musisi memperhalus elemen-elemen musik, mengembangkan dan mengorganisasikan ke dalam struktur yang lebih kompleks. Dengan suatu kekuatan mendramatisasi suasana maka tercapailah kondisi musik serius seperti yang kita dengar saat ini (Barry, 1965).

Bila kita perhatikan dugaan proses lahirnya seni musik tersebut, maka secara keseluruhan memiliki kemiripan dengan teori evolusi kebudayaan Morgan, bahwa masyarakat manusia berevolusi melalui tiga tahap perkembangan. Pada tingkat pertama yang berlangsung sebelum penemuan tembikar, yaitu pada saat ditemukannya api, musik masih sangat sederhana. Pada saat itu, di samping musik dihasilkan melalui penggunaan tubuh mereka sendiri sebagai instrumen, juga dengan memukul benda-benda. Setelah busur panah ditemukan timbullah ide untuk mengembangkan alat musik berdawai. Di samping itu timbul pula ide untuk membuat musik pengiring upacara ritual sebelum berburu yang gerakan-gerakannya menirukan tingkah laku binatang-binatang.

Pada jaman Barbar, saat manusia menemukan keramik, yang disusul dengan awal dari ketrampilan beternak dan bertani, berkembanglah musik pengiring orang bekerja dan juga pengiring ritual syukuran, misalnya saat panen. Karena pada masa ini orang sudah pandai membuat logam maka dibuatlah alat-alat musik perkusi seperti gong, gamelan, dan sebagainya. Ketika memasuki tahap sivilisasi, manusia mulai mengenal tulisan sehingga tumbuhlah ide untuk menotasikan dan mempublikasikan musik. Dengan demikian terjadilah interaksi yang baik di antara konsep dan praktik musik. Sejak itu musik klasik mengalami perkembangan yang intensif hingga mencapai puncaknya dan menjadi berbeda setelah melewati abad ke-20.

Sumber-sumber tertulis baik dalam bentuk catatan-catatan, notasi musik, maupun teori musik, merupakan bahan primer dalam penyusunan sejarah musik. Sementara itu relief-relief yang terukir pada dinding guagua dan kuburan-kuburan merupakan data-data sekunder. Data-data musikal mengenai musik tertua di Eropa ialah musik Yunani, sementara itu di Timur ialah Mezopotamia (kira-kra tahun 3000 SM), sedangkan di Asia ialah Cina dan India. Musik klasik (non tradisional) yang kita kenal sekarang berawal dari Eropa abad ke-6 SM. Sebelum masa itu Eropa juga menggunakan lat-alat musik yang sama dengan yang ada di Timur dan Asia, yaitu alat musik petik atau berdawai.

Ide-ide teoretis bangsa-bangsa di luar Eropa pada beberapa abad sebelumnya merupakan warisan yang berharga, namun karena terikat oleh tradisi maka musik serius atau klasik dan juga instrumen-instrumen mereka tidak berkembang terlalu jauh dari aslinya. Walaupun demikian sementara kebudayaan musik di Eropa cenderung sejalan atau menyatu karena antara satu bangsa dengan bangsa yang lainnya senantiasa berinteraksi, musik-musik non Eropa memiliki varian yang sangat kaya. Kini idiom-idiom musik tersebut menjadi daya tarik para komponis klasik sebagai bahan komposisi dan penyelidikan ilmuwan-ilmuwan musik.

Walaupun juga tidak terhindar dari keterkaitannya dengan kepercayaan terhadap hal-hal mistis, bangsa Eropa berusaha melepaskan diri dari tradisi yang mengikatnya bahkan mungkin juga keyakinan agamanya. Sehubungan dengan itu, dengan konsep pemikiran rasional mereka memformulasikan dan mengembangkan konsep-konsep dasar teori musik. Penemuan-penemuan dalam bidang teori musik kemudian dikembangkan oleh para musisi, maka dengan adanya interaksi di antara penemuan teori musik dan pembuatan musik maka evolusipun terjadi secara bertahap.

DOMINASI SISTEM TONAL DALAM SEJARAH MUSIK KLASIK

Musik klasik yang hidup pada masa sekarang telah berkembang kepada bentuk-bentuk kompleks dan sukar dideteksi. Perkembangan tersebut ternyata memiliki latar belakang sejarah yang panjang dan unik. Mungkin tidak banyak orang yang memahami bahwa sejarah awal musik klasik tidak hanya memiliki hubungan latar belakang dengan konsepkonsep filosofis namun juga dengan konsep-konsep bilangan. Konsep tersebut tidak hanya menjadi landasan pengembangan musik namun juga estetika secara umum, estetika musik, dan bahkan juga dasar pijakan bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern. Konsep bilangan dasar Pythagoras (abad ke-6 SM), tetraktys, yang menyangkut perbandingan tersebut kemudian mengalami perkembangan berabadabad, mencapai kesempurnaan, mengalami eksplorasi, hingga akhirnya dianggap usang dengan ditemukannya konsep-konsep baru yang tidak tergantung dari konsep dasar tersebut. Sebelum memahami perkembangan musik klasik secara lebih rinci, terlebih dahulu kita akan meninjau secara umum perkiraan asal mula musik, evolusi teori awal sistem diatonis, dominasi sistem diatonis.

Musik Klasik dan Ekspresi Artistik

Walaupun sama-sama memiliki fungsi menghibur, perbedaan musik klasik dengan jenis-jenis musik hiburan lainnya adalah: Sementara musik hiburan melayani kebutuhan pelepas lelah maka musik klasik melayani rasa haus estetik dan artistik yang lebih tinggi. Pada musik hiburan audiens cenderung dilayani sehingga tidak perlu repot-repot mencurahkan perhatiannya. Dengan kata lain audiens cenderung bersikap pasif. Pada musik klasik audiens tidak semata-mata dilayani tapi juga disediakan spasi yang lebih luas untuk mencari sudut-sudut kenikmatan dalam suatu karya musik.

Sehubungan dengan itu musik hiburan biasanya sederhana sedangkan kekuatannya terletak pada lirik yang didukung oleh melodi sederhana yang logis. Dari segi sitem musikal sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan di antara musik hiburan dengan musik klasik diatonis; misalnya di antara lagi Ebied G. Ade dan sonata W.A. Mozart. Namun pengolahannya yang mendalam pada musik klasik sehingga mampu mewadahi tidak hanya semata-mata ekspresi estetis namun juga artistik. Audiens musik klasik tidak melulu membutuhkan hiburan tapi secara aktif membutuhkan kenikmatan estetis dan artistik. Guna memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai musik klasik maka pada bab berikutnya akan dibahas latar sejarah singkat musik klasik.

Musik Klasik dan Proses Sosial

Kemarin telah disinggung berbagai pemahaman musik serta fungainya sehingga dapat kita maklumi bahwa musik memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan manusia pada umumnya dan pada kebudayaan tertentu khususnya. Keberadaan musik pada suatu kebudayaan adalah statu yang wajar karena ia adalah bagian dari kesenian yang merupakan salah satu dari ciri kebudayaan universal.

Manfaat dan fungsi musik sebagaimana yang telah diuraikan di atas mengandung pengertian atau definisi bahwa musik ialah proses sosial. Walaupun musik klasik termasuk ke dalam kategori musik seni yang mengutamakan segi estetik dan artistik namun dalam beberapa kesempatan secara insidental juga digunakan sebagai proses sosial.

Jenis musik klasik yang digunakan dalam proses sosial seperti misalnya, resepsi perkawinan, pengangkatan jabatan, perayaan-perayaan, dan sebagainya, biasanya dipilih yang ringan atau bersifat menghibur.

Sunday 18 December 2016

Fungsi Musik dalam Masyarakat

Sebagai bagian dari kesenian yang merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal, musik memiliki fungsi sosial yang secara universal umumnya dapat ditemukan di setiap kebudayaan suku bangsa manapun di seluruh dunia.

1. Fungsi Ekspresi Emosional
Pada berbagai kebudayaan, musik memiliki fungsi sebagai kendaraan dalam mengekspresikan ide-ide dan emosi. Di Barat musik digunakan untuk menstimulasi perilaku sehingga dalam masyarakat mereka ada lagu-lagu untuk menghadirkan ketenangan. Para pencipta musik dari waktu ke waktu telah menunjukkan kebebasannya mengungkapkan ekspresi emosinya yang dikaitkan dengan berbagai objek cerapan seperti alam, cinta, suka-duka, amarah, pikiran, dan bahkan mereka telah mulai dengan cara-cara mengotak-atik nada-nada sesuai dengan suasana hatinya.

2. Fungsi Penikmatan Estetis
Pada dasarnya setiap orang telah dikaruniai oleh Tuhan Allah dengan berbagai kemampuan belajar (ability to learn) dan bakat (talent) tentang apa saja. Selain bisa belajar dari lingkungan alam dan sosialnya, orang juga bisa belajar dari pengalamannya sendiri. Setiap orang memiliki kemampuan dan kecepatan berbeda-beda dalam hal menyerap atau memahami keindahan tentang apa saja termasuk pula keindahan musik. Untuk menikmati rasa indah (estetis), maka orang perlu belajar dengan cara membiasakan diri mendengarkan musik-musik kesukaannya sendiri. Kemudian ia bisa mulai mencoba mendengarkan musik-musik jenis lain yang baru didengarnya dan kemudian akan menyukainya. Setiap jenis musik memiliki keunikan melodis, ritmis, dan harmonis; maupun terkait dengan komposisi dan instrumentasinya.

3. Fungsi Hiburan
Hiburan (entertainment) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan hati bagi seseorang atau publik. Musik sebagai salahsatu cabang seni juga memiliki fungsi menyenangkan hati, membuat rasa puas akan irama, bahasa melodi, atau keteraturan dari harmoninya. Seseorang bisa saja tidak memahami teks musik, tetapi ia cukup terpuaskan atau terhibur hatinya dengan pola-pola melodi, atau pola-pola ritme dalam irama musik tertentu. Jika para penikmat musik klasik sangat senang dengan kompleksitas bangun musik dan orkestrasinya, maka pencinta musik pop lebih terhibur dengan teks syair, melodi yang menyentuh kalbu, atraksi panggung, atau bahkan hanya popularitas penyanyinya saja. Kini musik bahkan ditengarai lebih berfungsi hiburan karena industri musik berkembang dengan sangat cepat.

4. Fungsi Komunikasi
Musik sudah sejak dahulu digunakan untuk alat komunikasi baikdalam keadaan damai maupun perang. Komunikasi bunyi yangmenggunakan sangkakala (sejenis trumpet), trumpet kerang jugadigunakan dalam suku-suku bangsa pesisir pantai, kentongan juga digunakan sebagai alat komunikasi keamanan di Jawa, dan teriakanteriakan pun dikenal dalam suku-suku asli yang hidup baik di pegunungan maupun di hutan-hutan. Bunyi-bunyi teratur, berpola-pola ritmik, dan menggunakan aluralur melodi itu menandakan adanya fungsi komunikasi dalam musik. Komunikasi elektronik yang menggunakan telepon semakin hari semakin banyak menggunakan bunyi-bunyi musikal.

5. Fungsi Representasi Simbolik
Dalam berbagai budaya bangsa, suku-suku, atau daerah-daerah yang masih mempertahankan tradisi nenek-moyang mereka; musik digunakan sebagai sarana mewujudkan simbol-simbol dari nilai-nilai tradisi dan budaya setempat. Kesenangan, kesedihan, kesetiaan, kepatuhan, penghormatan, rasa bangga, dan rasa memiliki, atau perasaan-perasaan khas mereka disimbolkan melalui musik baik secara sendiri maupun menjadi bagian dari tarian, syair-syair, dan upacaraupacara.

6. Fungsi Respon Sosial
Para pencipta lagu nasional Indonesia sangat peka terhadap adanya kondisi sosial, tingkat kesejahteraan rakyat, dan kegelisahan masyarakat. Mereka menciptakan lagu-lagu populer yang menggunakan syair-syair menyentuh perhatian publik seperti yang dilakukan oleh Bimbo, Ebiet G. Ade, Iwan Fals, Harry Roesli, Gombloh, Ully Sigar Rusady, dan masih banyak lagi. Pada umumnya para pencipta lagu itu melakukan kritik sosial dan bahkan protes keras terutama ditujukan kepada pemerintah. Para pengamen jalanan juga tak kalah seru mengumandangkan lagu-lagu protes sosialnya, misalnya lagu yang bertema PNS, penderitaan anak jalanan, generasi muda yang tanpa arah, dan lain sebagainya.

7. Fungsi Pendidikan Norma Sosial
Musik banyak pula digunakan sebagai media untuk mengajarkan norma-norma, aturan-aturan yang sekalipun tidak tertulis namun berlaku di tengah masyarakat. Para pencipta lagu anak seperti Bu Kasur, Pak Kasur, Pak Daljono, AT Mahmud, Ibu Sud—semua berupaya mengajarkan anak-anak berperilaku sopan, halus, hormat kepada orangtua, cinta keindahan, sayangi tanaman dan binatang, patuh pada guru, dan lain sebagainya. Keindahan alam, kesejahteraan sosial, kenyamanan hidup, dan semua norma-norma kehidupan bermasyarakat telah mendapatkan perhatian yang sangat penting dari para pencipta lagu tersebut.

8. Fungsi Pelestari Kebudayaan
Lagu-lagu daerah banyak sekali berfungsi sebagai pelestari budayanya, karena tema-tema dan cerita di dalam syair menggambarkan budaya secara jelas. Syair-syair lagu sering juga berasal dari pantunpantun yang biasa dilantunkan oleh masyarakat adat dan daerah-daerah di Indonesia. Budaya Minangkabau dapat dipertahankan keberadaannya dengan berbagai cara, tetapi musik Minang sangat jelas karakteristiknya yang mudah mewakili daya tarik terhadap tempat berkembangnya budaya itu ialah Propinsi Sumatera Barat dan sekitarnya. Lagu-lagu Jawa, mulai dari yang klasik hingga kini yang berwarna populer seperti musik campursari, digemari masyarakat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melengkapi musik kroncong yang lebih dahulu berkembang. Ada budaya Jawa yang dilestarikan melalui syairsyair berbasa Jawa, melodi-melodi yang bernuansa Jawa dari karawitan. Musik Sunda dan sekitarnya di Propinsi Jawa Barat memiliki rasa yang sangat khas adalah bagian dari upacara-upacara sosial dan keagamaan masyarakatnya. Indonesia memiliki kekayaan budaya dan terutama musiknya seperti termasuk yang paling dikenal dunia seperti Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan bahkan Papua.
 
9. Fungsi Pemersatu Bangsa
Setiap bangsa memiliki lagu kebangsaan (national anthem) yang mewakili citarasa estetik, semangat kebangsaan, dan watak dari budaya masing-masing. Lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Soepratman adalah lagu atau musik yang diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang mendiami daerah-daerah di wilayah Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil. Keaneka-ragaman budaya yang sangat banyak jumlahnya harus dirangkum dalam satu kesatuan budaya nasional tanpa meninggalkan budaya-budaya lokal. Dalam kesatuan tanah-air, bangsa, dan bahasa; Indonesia diperkenalkan kepada dunia melalui Indonesia Raya. Tetapi, lagu-lagu nasional Indonesia juga tidak sedikit yang bisa berfungsi sebagai pemersatu bangsa sekalipun bukan sebagai lagu kebangsaan, contohnya antara lain Berkibarlah Benderaku, Bangun Pemudi-Pemuda, Bagimu Negeri, Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Pusaka, Hari Merdeka, Rayuan Pulau Kelapa, Mars Pancasila, Halo-Halo Bandung, dan Syukur.

10. Fungsi Promosi Dagang
Musik yang dikreasi untuk kepentingan promosi dagang kini banyak berkembang seiring dengan laju pertumbuhan iklan yang disiarkan melalui radio-radio siaran dan televisi-televisi swasta terutama di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Musik-musik iklan bisa saja dirancang oleh penciptanya secara baru, tetapi juga ada yang berbentuk penggalan lagu yang sudah ada, sudah populer, dan digemari segmen pasar yang dituju.

Sunday 15 May 2016

Musik dan Keperibadian


Musik diyakini dapat meningkatkan motivasi seseorang. Bagi orang yang berolahraga musik dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan olahraga yang lebih baik. Untuk selanjutnya pada saat berolahraga musik membantu olahragawan untuk meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan olahragawan dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga. Jenis musik terbaik untuk olah raga adalah musik dengan musik tempo tinggi seperti hip-hop atau musik dansa.

Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan suasana hati tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Coba saja diingat saat upacara bendera setiap Senin pagi yang di dalam upacara tersebut kita diwajibkan menyanyikan lagu wajib nasional itu, semata-mata kan hanya untuk menimbulkan motivasi mencintai negeri, mengenang jasa pahlawan, dan memberi semangat baru pada pesertanya. Hal ini seharusnya berlaku juga pada irama mars yang merupakan irama untuk mengobarkan semangat perjuangan.

Perkembangan kepribadian seseorang juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh jenis musik yang didengar. Sewaktu kecil kita suka mendengarkan lagu-lagu anak, setelah dewasa kita pun akan memilih sendiri jenis musik yang kita sukai. Pemilihan jenis musik yang disukai bisa dibilang membantu kita untuk memberikan nuansa hidup yang kita butuhkan.

Thursday 28 April 2016

Musik dan Kecerdasan


Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan manusia. Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan intelegensia seseorang, yaitu Efek Mendengarkan Musik Mozart. Hal ini sudah terbukti, ketika seorang ibu yang sedang hamil duduk tenang, seakan terbuai alunan musik tadi yang juga ia perdengarkan di perutnya. Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik. Dengan cara tertentu, otak pun akan distimulasi untuk “belajar” segala sesuatu lewat nada-nada musik. Selain itu, musik-musik yang berirama klasik adalah jenis musik yang dianjurkan banyak pakar buat ibu hamil dan si bayi, yaitu bisa mencerdaskan bayi dan juga bisa memberi ketenangan buat ibu yang sedang hamil.



Sehubungan dengan itu mencegah kehilangan daya ingat. Bagi banyak orang yang mengalami kehilangan daya ingat dimana berbicara dengan bahasa menjadi tidak berguna. Musik dapat membantu pasien mengingat nada atau lagu dan berkomunikasi dengan sejarah mereka. Ini karena bagian otak yang memproses musik terletak sebelah memori. Para peneliti menunjukkan bahwa orang dengan kehilangan daya ingat merespon lebih baik terhadap jenis musik pilihannya.

Musik dan Terapi Kesehatan


Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketika seseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otaknya dapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stres seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat. Musik dan kesehatan memiliki kaitan erat, dan tidak diragukan bahwa dengan mendengarkan musik kesukaannya seseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana hati yang baik dalam waktu singkat.


Musik juga memiliki kekuatan memengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai dengan frekuensi, tempo, dan volumenya. Makin lambat tempo musik, denyut jantung semakin lambat dan tekanan darah menurun. Akhirnya, pendengar pun terbawa dalam suasana santai, baik itu pada pikiran maupun tubuh. Oleh karena itu, sejumlah rumah sakit di luar negeri mulai menerapkan terapi musik pada pasiennya yang mengalami rawat inap.



Musik dapat menyembuhkan sakit punggung kronis, ia bekerja pada sistem syaraf otonom yaitu bagian sistem syaraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung, dan fungsi otak—yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan ratusan otot dalam punggung. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh santai secara fisik dan mental sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah sakit punggung. Para ahli yakin setiap jenis musik klasik seperti Mozart atau Beethoven dapat membantu sakit otot.



Fungsi kesehatan lain ialah untuk membantu kelahiran. Dengan memperdengarkan musik, ibu hamil akan terbantu dalam menghadapi rasa sakit saat melahirkan. Bentuk ekspresi melalui musik dapat menyembuhkan sakit dalam tubuh dan membantu otot menjadi relaks. Dokter menganjurkan jenis musik klasik atau musik masa kini tetapi mendengarkan musik pilihan sendiri juga baik.

Telah terbukti bahwa musik juga sangat membantu anak sebelum menjalani operasi. Mendengarkan musik bagi anak yang tengah menunggu operasi dapat membantu menyembuhkan ketakutan dan gelisah karena musik membantu menenangkan ketegangan otot. Meskipun tidak ada musik khusus, musik-musik yang akrab bagi anak - anak jelas yang terbaik.

Musik Sebagai Hiburan


Aristoteles, filsuf Yunani yang lahir di Stagira pada tahun 384 SM, mengatakan bahwa musik mempunyai kemampuan untuk mendamaikan hati yang gundah. Sehubungan dengan itu musik memiliki efek terapi yang rekreatif dan lebih jauh lagi dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. Pandangan Aristoteles ini setidaknya memberikan gambaran kepada kita bahwa dalam mengarungi bahtera kehidupannya, manusia tidak selalu menjumpai hal-hal yang menyenangkan. Suatu ketika ia bisa mengalami peristiwa yang menyedihkan, memilukan, atau bahkan menyakitkan, sedangkan di lain waktu, bisa juga mengalami peristiwa yang sungguh menyenangkan.


Musik dapat mempengaruhi hidup seseorang, hanya dengan musik, suasana ruang batin seseorang dapat dipengaruhi. Entah apakah itu suasana bahagia ataupun sedih, bergantung pada pendengar itu sendiri. Yang pasti, musik dapat memberi semangat pada jiwa yang lelah, resah dan lesu. Apalagi bagi seseorang yang sedang jatuh cinta, musik seakan-akan dapat menjadi kekuatan untuk menyemangati perjalanan cinta seseorang.

Sebagai hiburan, musik dapat memberikan rasa santai dan nyaman atau penyegaran pada pendengarnya. Terkadang pada saat pikiran kita lagi risau, serba buntu, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan; dengan mendengarkan musik, segala pikiran bisa kembali segar. Hasilnya, kita bersemangat kembali mengerjakan sesuatu yang tertunda.

Di samping itu sebagai hiburan, musik juga dapat menyembuhkan depresi, musik terbukti dapat menurunkan denyut jantung. Ini membantu menenangkan dan merangsang bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan tidur. Peneliti dari Science University of Tokyo menunjukkan bahwa musik dapat membantu menurunkan tingkat stres dan gelisah. Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik klasik adalah cara terbaik untuk membantu mengatasi depresi.